Bagaimana Dengan Rumah Kita?
20 Maret 2013, alumni kampus UIN Bandung, Pancha Iska Pradi dan beberapa teman lainnya memberanikan diri untuk mendirikan sebuah komunitas sosial yaitu Komunitas Rumah Kita. Rumah Kita merupakan komunitas yang bergerak di bidang sosial dengan merangkul anak-anak desa sekitar kampus untuk diajak bermain dan belajar bersama anggota komunitasnya, contohnya seperti bernyanyi, menari, melukis, bermain wayang, belajar seni bela diri dan masih banyak kegiatan lainnya. Anggota komunitas Rumah Kita ini memiliki panggilan akrab yaitu kakak relawan atau biasa disingkat dengan sebutan karel. Meskipun komunitas ini didirikan di kampus UIN, bukan berarti seluruh kakak relawan di dalamnya merupakan mahasiswa UIN itu sendiri, karena di komunitas tersebut terdapat beberapa karel yang berasal dari kampus-kampus lainnya.
Di tahun pertama komunitas Rumah Kita memiliki banyak anak didik dan juga memiliki tiga tempat mengajar di kawasan Cipadung, Cibiru, Bandung. Semangat relawan kala itu sangat berbanding lurus dengan hasil yang mereka dapatkan. Hasil yang sempat ditorehkan diantaranya adalah adanya pentas seni yang diikuti oleh anak didiknya, pengadaan perpustakaan untuk mereka dan masih banyak kegiatan positif lainnya. Semua itu membuat rumah kita sempat masuk ke beberapa media kampus dan media Indonesia.
Salah satu tempat favorit anak-anak untuk bermain dan belajar yaitu Gazebo kampus UIN Bandung. Disanalah mereka dan para kakak relawan dapat belajar menari, menggambar, bernyanyi, atau hanya sekedar bermain dan berlari. Alasan mereka menjadikan Gazebo sebagai tempat belajar dan bermain, karena lahan yang tersedia cukup luas dan sangat memungkinkan untuk para kakak relawan dan anak didiknya berkegiatan. Sering kali kegiatan komunitas yang dilakukan di area kampus menarik perhatian mahasiswa lainnya untuk turut bergabung dengan komunitas Rumah Kita ini. Maka dari situlah mereka mulai bertanya-tanya apa itu Rumah Kita dan ahirnya ikut bergabung untuk menjadi kakak relawan.
Tak seperti tahun sebelumnya, semangat tahun lalu tak terbawa pada tahun-tahun selanjutnya dan kegiatan komunitaspun juga tak sepadat kala itu. hal ini terjadi karena adanya keterbatasan kakak relawan dan juga minat anak-anak sekitar. Semua itu disebabkan karena kegiatan yang dilakukan komunitas hanya berfokus di satu tempat yaitu di sekre yang bertempat di belakang asrama kampus UIN Bandung. Sekre tersebut merupakan rumah yang didapatkan secara gratis dari warga Cipadung semenjak tahun pertama. Dan dari situlah Gazebo sudah bukan lahan bermain dan belajar lagi untuk anak-anak Rumah Kita, karena saat itu hingga sekarang Gazebo sudah beralih fungsi menjadi tempat parkir roda dua.
Pindahnya kegiatan komunitas mempengaruhi minat anak-anak untuk belajar dan bermain. Karena tak semua dari mereka mau untuk datang ke sekre yang dianggap jauh dan tak menyediakan lahan luas untuk belajar dan bermain secara leluasa seperti di Gazebo. Tak hanya anak-anak, semakin tak terlihatnya kegiatan komunitas semakin menutup pula minat mahasiswa untuk ikut bergabung dengan Rumah Kita. Dan recruitment anggota barupun dirasa sulit karena hanya mengandalkan informasi dari para relawan tanpa melihat langsung kegiatan komunitas seperti kegiatan saat itu di area kampus.
Tak berhenti disitu, di tahun selanjutnya relawan rumah kita mulai kehilangan semangat karena berbagai macam alasan, seperti fokus pada kegiatan kampus dan kegiatan lainnya. Tidak tersedianya sumberdaya manusia dan kakak relawan yang saat itu di dominasi oleh mahasiswa tingkat akhir yang sedang sibuk-sibuknya menyusun skripsi dan mempersiapkan kelulusannya, maka semua kegiatan anak-anak di Rumah Kita mulai hilang dan tak terkendali. Tak ada lagi kegiatan belajar mengajar untuk anak-anak dan tak ada lagi aktifitas yang terlihat di sekre Rumah Kita. Namun, meskipun demikian Rumah Kita tetap hidup, karena masih ada beberapa kakak relawan yang solid untuk terus bersama Rumah Kita.
Walaupun tak ada lagi kegiatan seperti dulu, beberapa kakak relawan masih saja aktif untuk bertemu dan berdikusi tentang kegiatan komunitas. Bahkan Rumah Kita memiliki kerjasama dengan kampus lain seperti kerjasama kegiatan, pengajaran anak-anak dan lain sebagainya. Dan dengan kondisi Komunitas yang saat ini, para relawan Rumah Kita sedang berfokus membenahi organisasi sebelum selanjutnya akan melaksanakan kegiatan lagi.
Bagaimana Dengan Rumah Kita?
20 Maret 2013, alumni kampus UIN Bandung, Pancha Iska Pradi dan beberapa teman lainnya memberanikan diri untuk mendirikan sebuah komunitas sosial yaitu Komunitas Rumah Kita. Rumah Kita merupakan komunitas yang bergerak di bidang sosial dengan merangkul anak-anak desa sekitar kampus untuk diajak bermain dan belajar bersama anggota komunitasnya, contohnya seperti bernyanyi, menari, melukis, bermain wayang, belajar seni bela diri dan masih banyak kegiatan lainnya. Anggota komunitas Rumah Kita ini memiliki panggilan akrab yaitu kakak relawan atau biasa disingkat dengan sebutan karel. Meskipun komunitas ini didirikan di kampus UIN, bukan berarti seluruh kakak relawan di dalamnya merupakan mahasiswa UIN itu sendiri, karena di komunitas tersebut terdapat beberapa karel yang berasal dari kampus-kampus lainnya.
Di tahun pertama komunitas Rumah Kita memiliki banyak anak didik dan juga memiliki tiga tempat mengajar di kawasan Cipadung, Cibiru, Bandung. Semangat relawan kala itu sangat berbanding lurus dengan hasil yang mereka dapatkan. Hasil yang sempat ditorehkan diantaranya adalah adanya pentas seni yang diikuti oleh anak didiknya, pengadaan perpustakaan untuk mereka dan masih banyak kegiatan positif lainnya. Semua itu membuat rumah kita sempat masuk ke beberapa media kampus dan media Indonesia.
Salah satu tempat favorit anak-anak untuk bermain dan belajar yaitu Gazebo kampus UIN Bandung. Disanalah mereka dan para kakak relawan dapat belajar menari, menggambar, bernyanyi, atau hanya sekedar bermain dan berlari. Alasan mereka menjadikan Gazebo sebagai tempat belajar dan bermain, karena lahan yang tersedia cukup luas dan sangat memungkinkan untuk para kakak relawan dan anak didiknya berkegiatan. Sering kali kegiatan komunitas yang dilakukan di area kampus menarik perhatian mahasiswa lainnya untuk turut bergabung dengan komunitas Rumah Kita ini. Maka dari situlah mereka mulai bertanya-tanya apa itu Rumah Kita dan ahirnya ikut bergabung untuk menjadi kakak relawan.
Tak seperti tahun sebelumnya, semangat tahun lalu tak terbawa pada tahun-tahun selanjutnya dan kegiatan komunitaspun juga tak sepadat kala itu. hal ini terjadi karena adanya keterbatasan kakak relawan dan juga minat anak-anak sekitar. Semua itu disebabkan karena kegiatan yang dilakukan komunitas hanya berfokus di satu tempat yaitu di sekre yang bertempat di belakang asrama kampus UIN Bandung. Sekre tersebut merupakan rumah yang didapatkan secara gratis dari warga Cipadung semenjak tahun pertama. Dan dari situlah Gazebo sudah bukan lahan bermain dan belajar lagi untuk anak-anak Rumah Kita, karena saat itu hingga sekarang Gazebo sudah beralih fungsi menjadi tempat parkir roda dua.
Pindahnya kegiatan komunitas mempengaruhi minat anak-anak untuk belajar dan bermain. Karena tak semua dari mereka mau untuk datang ke sekre yang dianggap jauh dan tak menyediakan lahan luas untuk belajar dan bermain secara leluasa seperti di Gazebo. Tak hanya anak-anak, semakin tak terlihatnya kegiatan komunitas semakin menutup pula minat mahasiswa untuk ikut bergabung dengan Rumah Kita. Dan recruitment anggota barupun dirasa sulit karena hanya mengandalkan informasi dari para relawan tanpa melihat langsung kegiatan komunitas seperti kegiatan saat itu di area kampus.
Tak berhenti disitu, di tahun selanjutnya relawan rumah kita mulai kehilangan semangat karena berbagai macam alasan, seperti fokus pada kegiatan kampus dan kegiatan lainnya. Tidak tersedianya sumberdaya manusia dan kakak relawan yang saat itu di dominasi oleh mahasiswa tingkat akhir yang sedang sibuk-sibuknya menyusun skripsi dan mempersiapkan kelulusannya, maka semua kegiatan anak-anak di Rumah Kita mulai hilang dan tak terkendali. Tak ada lagi kegiatan belajar mengajar untuk anak-anak dan tak ada lagi aktifitas yang terlihat di sekre Rumah Kita. Namun, meskipun demikian Rumah Kita tetap hidup, karena masih ada beberapa kakak relawan yang solid untuk terus bersama Rumah Kita.
Walaupun tak ada lagi kegiatan seperti dulu, beberapa kakak relawan masih saja aktif untuk bertemu dan berdikusi tentang kegiatan komunitas. Bahkan Rumah Kita memiliki kerjasama dengan kampus lain seperti kerjasama kegiatan, pengajaran anak-anak dan lain sebagainya. Dan dengan kondisi Komunitas yang saat ini, para relawan Rumah Kita sedang berfokus membenahi organisasi sebelum selanjutnya akan melaksanakan kegiatan lagi.
Unknown
10.10
Admin
Bandung Indonesia
0 Comment for "Kemanakah Rumah Kita?"