Media Praktikum Jurnalistik Online

Mahasiswi UIN Bandung: Bullying Bukan Halangan Bagi Prestasi

Menjadi bahan bully an teman dari semenjak SD, tak menjadikan halangan untuk terus menggapai apa yang diinginkan. Bullying dijadikan pecut untuk membuat dirinya lebih baik lagi. Orang bilang dia cewe gendut, pendek dan hitam, dia membenarkan semua itu. Namun, ia mampu meyakini dirinya agar mampu merubah pandangan semua orang dengan karya yang dilakukannya. Dia juga mencoba meyakini jika cewe seperti dia juga memiliki hak yang sama seperti cewe-cewe cantik lainnya.

Ia memiliki motto hidup “Bagiku Hidupku Adalah Perjuangan”, dari situlah dia mampu merubah pandangan banyak orang selama ini tentang dirinya.

Novita Ambar Wati, wanita cantik yang tak lagi gendut dan hitam, merupakan anak sulung dari 5 saudara. Cewe kelahiran Banjar, 01 november 1994 ini, sudah beberapa kali menorehkan prestasi. Ambar sapaan akrabnya merupakan finalis PJ TV hunt, finalis host moeslimah.com, the best artikel 10 november moeslimah.com, juara 3 mojang banjar tahun 2013, dan mojang kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung tahun 2015.

Ambar merupakan mahasiswi aktif tingkat akhir di kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung Jurusan Hubungan Masyarakat. Dia tercatat sebagai mahasiswi yang aktif dalam mengikuti kegiatan kampus. Selain aktif di kegiatan kampus, cewe ini juga mengisi waktu luangnya dengan melakukan kegiatan positif yang menguntungkan untuk dirinya.

Saat ini ia menyibukkan diri dengan menjadi announcer di radio kampus dan di salah satu stasiun radio swasta lainnya di Kota Bandung. Ambar juga sedang berkecipung dengan bisnis online yang saat ini ia geluti.

Semangat hidup yang ia miliki saat ini, semua berawal dari kemauan kuat dirinya untuk mencoba. Dalam sebulan ambar dapat menghasilkan uang lima ratus ribu hingga sejuta dua ratus ribu rupiah dari hasil berjualan online. Selain penghasilan dari hasil penjualan online, ambar juga mendapatkan penghasilan dari profesinya sebagai announcer setiap bulannya. Uang yang ia hasilkan, digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

Berprestasi, berpenghasilan, dan berhasil bukan berarti dia tak merasakan perih. Sebelum ia dapatkan semua itu, dia pernah menjadi penjual es kacang ijo milik ibundanya sedari kecil. Ambarpun mulai merasakan jatuh saat ia masih duduk di kelas 5 SD. Ia harus menerima kenyataan bahwa ayahanda yang berprofesi sebagai tentara, harus meninggalkan dia untuk selamanya karena tewas tertembak saat melaksanakan tugas mulyanya di Aceh.

Dari semenjak itu, Ambarpun lebih giat lagi untuk membantu ibunya berjualan. Bahkan semenjak dia duduk di bangku SMP sampai SMA pun, tanpa malu dia berjualan opak milik ibundanya. Bekeinginan untuk menjadi seorang penyiar, mendorong dia untuk mencari jalan bagaimana cara ia bisa menggapainya. Dengan percaya diri, dia datangi sebuah stasiun Radio swasta di daerahnya dan menanyakan adakah lowongan kerja untuknya. Hanya dengan modal berani dan ingin mencoba, akhirnya iapun diterima untuk menjadi penyiar.

Ia tiggalkan kesukaannya menjadi seorang penyiar, saat dia harus merantau ke Kota Bandung dan melanjutkan sekolahnya ke jenjang kuliah. Namun, dari situlah dia mulai lagi mencoba mengikuti kursus broad Casting, dan melanjutkan kemampuannya menjadi seorang penyiar di radio kampus dan radio swasta di Kota Bandung. Bahkan diapun lanjut berjualan tas dan sepatu sampai saat ini.

0 Comment for "Mahasiswi UIN Bandung: Bullying Bukan Halangan Bagi Prestasi"

Back To Top